Kamis, 11 Maret 2010

Kenapa Memilih RAW Food DIET

Tadinya kami sekeluarga seperti kebanyakan keluarga lainnya, memakan makanan yang dimasak, tetapi kami memilih makanan yang rendah lemak, rendah gula tidak mengandung pengawet dan berserat tinggi seperti makanan dari India, Timur Tengah, Yunani dan Afrika. Suami yang kebetulah sangat peduli dengan kesehatan (Beliau dokter alternatif medicine) ingin kami lebih sehat, berenergi agar kualitas hidup bisa maksimal. Raw Food artinya makanan mentah/tidak dimasak, baik itu sayuran, buahan atau biji dan kacang-kacangan. Waktu suami bilang diet ini adalah cara terbaik untuk mendapatkan kesehatan yang maksimal, saya langsung mengiyakan, saya pikirnya, wah asik juga (bisa tambah cantik dan awet muda nih :-) tidak terpikir apa dampak diet ini baik fisik, mental dan spiritual.

Kami menjalaninya dengan step by step. Tadinya kami sudah minum jus buah campuran (dipilih beberapa buah yang paling tinggi nutrisinya) jus buahnya tidak kami campur dengan pemanis buatan, 100% buah segar. Tadinya jus hanya sebagai makanan tambahan, kemudian kami ganti sebagai salah satu menu utama (makan malam). Kami tidak lagi makan nasi, hanya omelet/pancake telur/telur dadar (meski selalu divariasi bumbunya) dan salad. Hasilnya kita lapar melulu, karena ternyata tubuh ini sudah terbiasa makan makanan yang dimasak dan nutrisinya sebagian besar hilang karena proses pemasakan dan pemanasan. Makanya lapar karena nutrisi yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi, dan cara tubuh protes minta nutrisi dengan cara perut ini jadi lapar (agar diisi dengan makanan yang nutrisinya dibutuhkan tubuh). Akhirnya kita kembali ke makan makanan yang dimasak dengan menambahkan 1 sendok nasi setiap waktu makan.

Kita tidak berputus asa, sambil mencari formula kenapa tubuh kita bereaksi seperti itu, padahal kita makan makanan yang harusnya paling sehat. ternyata karena tubuh kita sudah beradaptasi/terbiasa dengan makanan yang dimasak. Akhirnya kita ganti strategi dengan pelan-pelan mengganti makanan yang dimasak dengan makanan mentah. Kita memasaknya dengan slow cooker dengan pertimbangan agar makanan tidak hilang 100% nutrisinya (dimasak dengan temperatur sangat rendah), pola makannya menjadi 1 sendok nasi + 1/2 piring sayur mentah + 1 sendok sayur slow cook food, itu untuk makan pagi dan siang, untuk makan malam kita minum jus buah atau terkadang dibuat salad buah (favorit saya). Sebulan kemudian kita mengurangi nasi menjadi hanya 1/2 sendok nasi, seminggu kemudian nasi hilang dari peredaran di menu kita. Seminggu kemudian masakan dengan slow cooker hilang sama sekali berbarengan dengan hilangnya cake buah yang tiap 2 hari sekali saya panggang. Gantinya 2 kali sehari kita makan sayuran mentah dengan bumbu mentah untuk pengganti makan siang dan malam dan sebagai pengganti cake untuk snack kita bikin raw chocolate ball, dll (snack/kue serba mentah tanpa terigu, gula dan pengawet atau bahan kimia lainnya, ngomong-ngomong kue mentah nagihin juga!). Badan Kami (kecuali suami) langsung bereaksi dasyat, segera setelah kami makan mentahan 90% saya buang gas (kentut) setiap 5 menit (anak2 protes semua, terutama ketika kita harus berhomeschool setiap harinya, mereka harus dengan sopan mereka merasa ngk nyaman dengan bau-bauan aneh dari mommy-nya). belum tulang-tulang rasanya terputus, lemas, anak-anak perutnya mulas, badanya nyeri, pening, ayah saya gatal-gatal, ibu saya diare, pembantu saya perutnya kembung, dll. Ternyata kami semua sedang mengalami proses detoksifikasi (tubuh bereaksi seperti itu karena sedang mengeluarkan racun dan sedang mengalami pembersihan termasuk membunuh bakteri merugikan). Lama dan tingkat ketidaknyamanan bergantung pada diet/pola makan dan pola hidup sebelumnya. Benar saja, anak-anak kami yang paling cepat pulih dan beradaptasi, kemudian saya dan yang lainnya. Dua minggu sejak menjalani 90% RAW DIET, saya merasa ada perubahan drastis didiri saya dan anggota keluarga lainnya. Saya yang tadinya jika sudah jam 6 sore rasanya sudah capek sekali, sekarang jam 9 malam masih punya energi lebih yang artinya saya punya waktu lebih untuk kegiatan lain yang tidak sempat saya lakikan jika anak-anak masih terjaga (IBU mana yang tidak ingin punya waktu dan energi lebih untuk melakukan kegiatan pribadinya?) Jam 3.30 pagi saya sudah terjaga dan badan segar kembali. Senang rasanya bisa punya waktu ibadah yang lebih dipagi hari. Selain intu mood saya juga berubah drastis. Saya yang kadang suka kurang sabar jika anak-anak mulai tidak terkontrol sementara pekerjaan rumah dan homeschool mengantri, sekarang menjadi lebih sabar dan damai juga sangat senang menjalani hari dari waktu ke waktu. Aneh juga dari mana datangnya rasa senang itu? Anak-anak juga jadi lebih ceria. Si Sulung belakangan ini protes, Mommy I'm not tired yet, what can I do? (jam menunjukkan pukul 8 malam dan mereka semua bangun jam 4.30 pagi tanpa pernah tidur siang), terpaksa saya beri dia buku untuk dibaca. Ibu saya hilang berbagai penyakit menahunnya termasuk badannya jadi lebih langsing (nggak usah susah-susah beli obat pelangsing atau pergi ke salon perawatan yang mahal!), pembantu saya jarang sekali mengeluh capek, sakit, kurang darah, dll. Saya cuma bisa bersyukur pada Allah, ternyata apa yang disediakan Allah dialam dalam bentuk terbaiknya memberi manusia manfaat terbaik (tanaman dan hasilnya yang tidak diproses).

Ini hanya awal perjalanan RAW Food keluarga kami. Saya ini kami sekeluarga bisa lebih sehat dan bahagia. Ada banyak pemikiran dan ide-ide positif yang muncul dan kami dapati sejalan dengan berubahnya pola hidup kami. Hal lainnya yang kami dapatkan adalah dampak positif yang ditimbulkan RAW Food Diet untuk masa depan anak cucu dan terselamatkannya bumi ini.

Tidak ada komentar: